Usai Panas Debat Capres, Amerika-China Bakal Beri Banyak Info Penting

Jakarta, CNBC Indonesia – Pasar keuangan Indonesia pada pekan pertama di 2024 cenderung bervariasi dengan mayoritas kurang menggembirakan, di mana rupiah dan Surat Berharga Negara (SBN) terpantau kurang menggembirakan, sebaliknya pasar saham RI terbilang memuaskan.

Pasar keuangan Indonesia diperkirakan masih volatile pada pekan ini karena banyakya data dan sentimen yang akan mempenagruhinya. Selengkapnya mengenai sentimen pasar sepekan ke depan dan hari ini akan dibahas pada halaman 3 artikel ini.

Pada pekan pertama di 2024, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berhasil melesat 1,07%. Bahkan, IHSG pun mencetak rekor tertinggi sepanjang masa barunya pada pekan lalu, yakni di 7.350,62.

Dalam empat hari perdagangan pada pekan pertama 2024, IHSG terpantau mencatatkan penguatan sebanyak dua kali dan melemah sebanyak dua sekali. Sedangkan pada perdagangan Jumat akhir pekan lalu, IHSG ditutup melemah 0,12%.

Data pasar menunjukkan investor asing tercatat melakukan aksi beli bersih (net buy)mencapai Rp 2,35 triliun di seluruh pasar sepanjang pekan lalu. Adapun rinciannya yakni sebesar Rp 2,14 triliun di pasar reguler dan sebesar Rp 200,6 miliar di pasar tunai dan negosiasi.

Sedangkan untuk rupiah, sepanjang pekan lalu melemah 0,75% di hadapan dolar Amerika Serikat (AS) secara point-to-point (ptp). Pada perdagangan akhir pekan lalu, mata uang Garuda ditutup melemah 0,16% di level Rp 15.510/US$.

Dolar AS yang tengah perkasa menjadi salah satu penyebab rupiah cenderung merana di pekan pertama 2024.

Sementara di pasar Surat Berharga Negara (SBN), imbal hasil (yield) tenor 10 tahun yang merupakan acuan SBN negara berada di level 6,73% per akhir pekan lalu, naik 17,5 basis poin (bp) dari posisi perdagangan terakhir di 2023 pada level 6,555%.

Yield yang naik menandai harga SBN yang sedang turun dan investor cenderung melepas SBN, terutama investor asing.

Yield berlawanan arah dari harga, sehingga naiknya yield menunjukkan harga obligasi yang sedang turun, demikian juga sebaliknya. Satuan penghitungan basis poin setara dengan 1/100 dari 1%.

Untuk IHSG, pada pekan pertama 2024 cenderung cerah karena adanya potensi fenomena “Janary Effect” yang akan terjadi di pasar saham RI pada Januari 2024.

January Effect adalah sebuah pola yang menunjukkan keadaan pasar modal, di mana harga-harga saham sedang mengalami kenaikan atau cenderung di dua minggu pertama Januari.

Umumnya, para analis saham menganggap reli Januari disebabkan karena kembalinya para investor memborong saham usai ‘bersih-bersih’ portofolio pada akhir tahun sebelumnya.

Penjelasan lainnya, investor menggunakan bonus dan kas yang menumpuk di akhir tahun untuk masuk lagi ke market pada Januari.

Secara historis, menurut data 10 tahun terakhir (2013-2023), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) cenderung menghijau selama Januari dengan kenaikan rerata 0,95% dan kemungkinan menghijau sebesar 64%.

Namun sayangnya, rupiah cenderung kurang menggembirakan di pekan pertama 2024. Hal ini karena adanya tekanan akibat data ketenagakerjaan AS yang masih panas dan sikap wait and see pelaku pasar.

Sebelumnya, pada Kamis kemarin, AS telah merilis klaim pengangguran serta data penciptaan lapangan kerja. Jumlah orang Amerika yang mengajukan klaim baru untuk tunjangan pengangguran turun lebih besar dari perkiraan pada minggu lalu, menunjukkan bahwa kondisi pasar tenaga kerja masih cukup ketat.

Klaim awal tunjangan pengangguran negara turun 18.000 menjadi 202.000 yang disesuaikan secara musiman untuk pekan yang berakhir 30 Desember.

Ekonom yang disurvei oleh Reuters memperkirakan 216.000 klaim untuk minggu terakhir. Data klaim cenderung berfluktuasi sepanjang tahun ini karena hari libur.

Angka-angka tersebut sebagian besar telah pulih di kisaran bawah 194.000-265.000 pada tahun 2023. Secara keseluruhan, data dari pasar tenaga kerja terus mendingin menyusul kenaikan suku bunga bank sentral AS (Federal Reserve/the Fed) yang kemungkinan besar sudah mencapai puncaknya di level 5,25-5,5%.

Lebih lanjut, data penggajian non-pertanian (non-farm payroll/NFP) juga turut menjadi sentimen kurang menggembirakan, meski hal ini tidak terlalu membebani rupiah karena datanya baru dirilis pada Jumat malam waktu Indonesia.

Data NFP AS pada Desember 2023 naik menjadi naik 216.000. Angka ini jauh lebih tinggi dari ekspektasi pasar 170.000. Sedangkan kenaikan 199.000 di November direvisi lebih rendah menjadi 173.000.

Rincian lainnya dari laporan tersebut menunjukkan bahwa tingkat Pengangguran tetap tidak berubah di 3,7% dan inflasi upah tahunan, yang diukur dengan perubahan pendapatan rata-rata Per Jam, naik ke 4,1% dari 3,9% di Desember.

Data NFP yang kembali meningkat mempengaruhi pergerakan indeks dolar dan akan berimbas pada mata uang lainnya termasuk rupiah.

Data NFP aktual yang melebihi ekspektasi akan memberikan sentimen positif bagi indeks dolar. Ketika indeks dolar mengalami apresiasi, maka rupiah berpotensi mengalami penurunan dalam beberapa waktu ke depan.

Adapun indeks dolar per Jumat lalu naik tipis 0,01% menjadi 102,435. DXY sendiri merupakan suatu indeks yang mengukur kekuatan mata uang dolar Amerika Serikat (AS) di hadapan enam mata uang kuat dunia lainnya (hard currency).

Adapun enam mata uang dunia yang jadi pembanding dalam US Dollar Index tersebut adalah euro (EUR), yen Jepang (JPY), poundsterling (GBP), dolar Kanada (CAD), krona Swiss (SEK), dan franc Swiss (CHF). https://cekikikan.com/

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*