Jakarta, CNBC Indonesia – Harga minyak mentah global diyakini akan berlipat ganda sebagai dampak perang Gaza. Serangan Israel yang membabi buta selama tiga bulan lebih di wilayah katong Palestina itu, telah membuat gangguan yang dipicu pemberontak Houthi di Yaman yang juga berdampak pada Selat Hormuz, laut pelayaran minyak.
Perlu diketahui Kelompok Houthi secara de facto telah melakukan blokade terhadap pengiriman melalui Laut Merah dan terus menyerang kargo menyusul meningkatnya permusuhan antara Israel dan Hamas di Gaza. Militan yang bermarkas di Yaman menargetkan kapal-kapal yang diduga terkait dengan Israel, yang menurut mereka merupakan bentuk solidaritas terhadap penderitaan rakyat Palestina.
“Jika terjadi gangguan di Selat Hormuz selama sebulan, harga akan naik sebesar 20%,” kata kepala penelitian minyak Goldman Sachs, Daan Struyven, dikutip dari CNBC International dan RT, Senin (8/1/2024).
Ia menambahkan bahwa gangguan yang berkepanjangan di selat tersebut pada akhirnya dapat melipatgandakan harga minyak sangat signifikan. Meskipun demikian, ia melihat skenario ini masih “sangat tidak mungkin” sekarang.
Sebelumnya, meningkatnya serangan telah memaksa perusahaan pelayaran global untuk mengalihkan kapal dari Laut Merah di sekitar Tanjung Harapan, di ujung selatan Afrika. Untuk kargo yang melakukan perjalanan dari Asia ke Eropa atau Amerika Utara, jalur tersebut menambah sekitar 6.000 mil laut dalam perjalanan dan dapat menunda waktu pengiriman hingga satu bulan, sehingga biaya pengiriman melonjak.
Serangan Houthi telah berlanjut selama berminggu-minggu, dan mengancam akan mengganggu aliran barang komersial melalui Laut Merah dan Terusan Suez, yang merupakan arteri penting bagi perdagangan antara Asia dan negara-negara Barat. Para militan telah meluncurkan rudal setidaknya dua lusin kali sejak 19 Desember sebagai tanggapan terhadap perang Israel-Hamas. https://penganjallapar.com/